Penyesalan Tiada Arti

Sewaktu umurku menginjak 17 tahun, disaat kesibukan menumpuk bebarengan dengan asmara yang sedang membara aku bertemu dengan seorang lelaki berkalung salip.
Penyesalan Tiada Arti

Awal mula kisah ini berawal dari instagram, seperti biasa pertama saling follow dan kemudian lanjut ke direct massage, dengan sapaan “hai” kubalas dengan emoticon karena aku sangat cuek saat itu.

Dia bercerita kenapa ingin kenal denganku dan katanya dari teman kelasnya yang kebetulan kenal denganku dan temanku. Lanjut beberapa hari si dia semakin menggebu mendekatiku saling bercerita latar belakang kebiasaan sehari-hari telfon, video call, dan terkadang bertemu di kantin sekolah. Aku sangat bingung waktu itu, banyak temanku sangat tidak mendukung aku dengan dia karena kita memang beda, tetapi aku juga sudah merasa nyaman dengannya.

Singkat cerita aku akhirnya berkencan dengannya selama 8 bulan dengan berbagai terpaan yang kita hadapi.

Satu persatu masalah kita lalui, orang tua kami sama-sama menolak keras hubungan ini, sampai akhirnya orang tua ku mengerti jika dia berbeda dan menyuruh untuk menyudahi hubunganku.

Aku hanya menangis karena rasanya aku baru merasakan bahagia bersama seseorang yang disebut “pacar” tetapi harus kandas karena restu orang tua.

Kita masih saling berhubungan meskipun sudah menyudahi, tetapi apa boleh buat rasa itu masih ada dan menetap. Kita membuat keputusan yang sangat salah untuk melanjutkan hubungan backstreet dari orangtua, dimana aku kita harus berbohong ketika keluar, pulang telat alasan karena tugas, dan kebohongan lainnya.

Hingga belajar ku menjadi kurang fokus karena terlalu asik main handphone. Sungguh bodohnya aku telah mengambil keputusan tersebut, berjalan 7 bulan setelah UN dia mulai berubah, hp tidak boleh dicek, keluar tanpa pamit, dan menyudahi hubungan alasan agama. Sangat disayangkan aku juga sudah lelah menjalani hubungan yang dipenuhi kebohongan, kuangap ini memang jalannya karena aku terlalu jauh melampaui batas.

Dua hari berlalu di instagram dia membuat status dengan semua tampak gelap hanya terlihat sepatu cewek dan tangan dia, aku berpikir itu temannya. seminggu kemudian ketika teman kelasku nongkrong di kedai kopi milik temannya tidak sengaja melihat si dia berboncengan dengan cewek sangat mesra.

Aku yang langsung mendapat kabar dari temanku seketika hatiku hancur. Menangis berhari-hari meratapi kesalahan yang masih teringat sampai sekarang. Akhir cerita aku menyadari bahwa Mengikuti kata hati memanglah bagus, tetapi jika mengorbankan kepercayaan orangtua itu sangatlah buruk.

Total
0
Shares

Tinggalkan Balasan

Previous Article
Berbicara Penipuan Pinjaman Online

Berbicara Penipuan Pinjaman Online

Next Article
Lebih Jauh Tentang Kesenian Bantengan Jawa Timur

Lebih Jauh Tentang Kesenian Bantengan Jawa Timur