Edge of Democracy, Kekuasaan dan Pembangunan

Edge of Democracy, Kekuasaan dan Pembangunan

Film Edge of Democracy ini bercerita soal usai rezim militer memimpin Brazil dalam waktu yang lama, Luiz Inacio Lula da Silva (biasa dipanggil Lula) menjadi presiden dari partai buruh. Tumbangnya rezim militer memberikan kegembiraan yang luar biasa bagi masyarakat Brazil. Sejak saat itu, pembangunan ekonomi dilakukan secara ambisius.

Barack Obama menyebut bahwa Lula merupakan salah satu politisi terpopuler di dunia. Mantan pekerja baja ini memerintah Brazil selama delapan tahun. Kepemimpinan Brazil digantikan oleh Dilma Rousseff, sekutunya dari Partai Buruh (PT) yang merupakan seorang ekonom.

Baca juga :
Jejak Sejarah Hingga Perkara, Pakel Banyuwangi
Tonton, The Edge of Democracy | Netflix Official Site

Dia pernah dipenjara oleh rezim diktator yang memerintah Brazil pada tahun 1964 hingga 1985. Rousseff merupakan presiden perempuan pertama di Brazil. Keadaan berangsur-angsur berubah. Mulai muncul dugaan-dugaan korupsi di pemerintahan.

Melalui salah satu investigasi korupsi “Car Wash”, Rousseff dimakzulkan dan Lula dipenjara. Setelah pemakzulan tersebut, Brazil dipimpin oleh Jair Bolsonaro, seorang pengagum kediktatoran lama dan bagian dari tren global menuju populisme.

Orang tua Petra Costa merupakan aktivis sayap kiri. Ibunya pernah dipenjara bersama Rousseff oleh rezim militer pada tahun 60-an dan 70-an. Hal tersebut membuat aksesnya kepada pihak sayap kiri dan mantan-mantan orang pemerintahan menjadi mudah dalam pembuatan film dokumenter ini.

Baca Juga :
Marsinah, Pejuang Sejati, Meski Mati tapi Abadi 
Brazilian documentary “The Edge of Democracy” gets Oscar

Musuh utama Costa dalam film adalah industri yang telah membengkokkan cita-cita demokrasi. Cita-cita yang diselewengkan oleh musuh politik dan termasuk juga pahlawan politik Costa.

Sebelumnya, The Edge of Democracy pernah tayang di Sundance Film Festival, SFFilm Festival, Hotdocs 2019, Full Frame 2019, Montclair Film Festival 2019, dan CPH:Dox 2019. Film berdurasi 113 menit ini mendapat skor dari situs Rotten Tomatoes sebesar 93 persen.


Total
1
Shares

Tinggalkan Balasan

Previous Article
Sex Pistol, Musik Sebagai alat Perlawanan

Sex Pistol, Musik Sebagai alat Perlawanan

Next Article
Mengenang Didi Kempot dan Musik Campursari

Mengenang Didi Kempot dan Musik Campursari